article main image
Jangan Mau Dibodohi atas Nama Cinta, Kebahagiaanmu Jauh Lebih BerhargaBy Liputan6

Fimela.com, Jakarta Tahun baru, diri yang baru. Di antara kita pasti punya pengalaman tak terlupakan soal berusaha menjadi seseorang yang lebih baik. Mulai dari usaha untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan, menjalin hubungan, meraih impian, dan sebagainya. Ada perubahan yang ingin atau mungkin sudah pernah kita lakukan demi menjadi pribadi yang baru. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Change the Old Me: Saatnya Berubah Menjadi Lebih Baik ini.

***

Oleh: FNA - Yogyakarta

Pelan Tapi Pasti, Aku Ingin Menemukan Kebahagiaan dengan Caraku Sendiri

Dear Fimela,

Tahun lalu adalah salah satu tahun terberatku. Cobaan silih berganti, bahkan aku tak berpikiran untuk merealisasikan resolusi 2019. Karena bagiku, apa yang ada dan terjadi ya sudah aku jalani saja. Waktu itu, umurku 24 tahun. Aku tahu betul bahwa di umurku itu, aku sedang lelah dan bingung mengenai kehidupan. Yang paling umum adalah proses mencari jati diri dan juga proses mencari pasangan hidup. Tahun lalu adalah masa akhir studiku di magister. Aku banyak mengalami kendala waktu itu, tapi aku tidak tahu mengapa serasa seperti mengalir saja.

Tapi anehnya, aku kebingungan dengan apa yang sudah dan akan aku jalani setelahnya. Apakah ini hidupku atau aku hidup di atas ekspektasi orang lain? Saat itu aku juga berharap segera dipertemukan dengan jodohku, seperti layaknya teman-temanku yang sudah menikah dan mempunyai anak. Wanita mana yang tidak iri melihat wanita lain memiliki keluarga kecil yang harmonis. Tapi sayangnya tak satu pun harapan itu terwujud. Aku lulus dengan predikat cumlaude dan tercepat, tapi anehnya aku tidak merasakan kebanggaan apa pun. Aku merasa bahwa yang aku jalani ini bukanlah hidupku.

Aku juga mencoba peruntungan cinta di tahun 2019. Aku dekat dengan salah satu kawan di kuliah, dari S1 hingga S2 kami bersama-sama. Aku merasa kami berdua saling mencintai, nyatanya tidak demikian. Lucu, seseorang dengan gengsi besar sepertiku menyatakan cintaku kepadanya. Dengan perantara teman perempuanku, aku menyatakan perasaanku. Dan berakhir dengan, “Kita hanya teman saja." Ya, itu jawaban singkat darinya. Aku mencoba untuk legowo, sabar dan menerima kenyataan ternyata cintaku bertepuk sebelah tangan. Aku mencoba terus melanjutkan hidup, mencoba untuk bersikap biasa saja dan seperti tak terjadi apa-apa. Tapi masalah datang lagi, seseorang yang dulu menghilang tiba-tiba muncul lagi.